Sleman (MAN 3 Sleman) – Studi Lingkungan dan Pembelajaran Kontekstual Terpadu ( SLPKT) siswa kelas X melibatkan sebanyak 294 siswa, 9 pembimbing akademik dan 19 panitia guru pegawai, dilaksanakan pada Kamis (26/9/2024). SLPKT bertujuan untuk belajar membuat Batik Shibori di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik atau lebih dikenal sebagai Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB). Bertempat di Jalan Kusumanegara No. 7 Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kedatangan siswa dengan menggunakan transportasi 11 bus disambut dengan ramah oleh Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Yogyakarta, Budi Setiawan, di ruang praktik proses pembuatan Batik Shibori. Budi mengucapkan terimakasih dan sangat berbahagia karena kali pertama MAN 3 Sleman menjalin kerjasama dengan Balai untuk pembelajaran siswanya.
“Kami menyambut baik dan sangat merasa senang mendapat kunjungan dari MAN 3 Sleman. Apalagi melihat antusiasme siswa mengingatkan pada putra saya sendiri yang juga masih duduk di bangku SMA,” ujar Budi.
Dengan dibantu para pendamping dari BBSPJIKB, siswa dibagi dalam 9 kelompok mempraktikkan proses pembuatan batik shibori pada media kaos putih berbahan katun. Tahap pembuatannya diawali dengan teknik melipat kaos, dikancing dengan karet gelang, dicelup ke cairan naptol dan pewarna, sebanyak 4 tahap yang diulang 2 kali kemudian dibilas dengan air biasa. Hasil karya siswa nampak berwarna – warni dan siswa mengerjakan dengan gembira serta bersemangat. Sesi belajar di BBSPJIKB diakhiri dengan foto bersama dengan memajang hasil pembuatan masing-masing.
Tempat belajar kedua adalah Kampung batik Giriloyo yang beralamat di Jl. Giriloyo Karang Kulon Wukirsari Imogiri Bantul D.I. Yogyakarta. Siswa dikumpulkan di aula dan mendapat pengarahan dari kak Bachtiar yang juga alumni madrasah. Bachtiar menjelaskan tentang sejarah kampung wisata Wukirsari Bantul sejak awal berdirinya hingga perkembangannya yang pesat saat ini. Selanjutnya dijelaskan tentang teknik membatik dengan canting. Siswa berkesempatan praktek membatik canting masing-masing pada selembar kain mori berukuran 35 x 35 cm. Setiap kompor dikelilingi oleh 6 – 7 siswa dengan 1 pendamping dan masing-masing siswa duduk berkeliling memakai dingklik (bangku kecil untuk duduk). Pada kain yang berbentuk sapu tangan tersebut dituliskan nama dan kelas masing-masing sehingga bisa menjadi souvenir yang bagus di kemudian hari.
Kepala MAN 3 Sleman, Moh. Fadlil Afif, Lc., M.Pd. sangat mengapresiasi program P5RA dengan praktek pembuatan batik ini karena selain siswa mendapat pengalaman lifeskill, bersosialisasi dan bekerjasama dengan teman-temannya, menghargai budaya lokal berupa batik yang merupakan kekayaan budaya asli Indonesia. Fadlil berpesan kegiatan seperti ini sebaiknya dilanjutkan di tahun yang akan datang.
Dalam SLPKT siswa mengerjakan tugas sebagaimana dalam panduan LKS, perpaduan dari berbagai mata pelajaran seperti Kimia, Biologi, Geografi, Ekonomi, Seni Budaya, dan sebagainya. SLPKT ini juga mengembangkan talen dan potensi siswa dalam hal seni, seperti fotografi, vlog, dan laporan yang dipresentasikan. (isn)